5 Alasan Indonesia Belum Punya Search Engine Sendiri

Andi Jalaludin
5 Alasan Indonesia Belum Punya Search Engine Sendiri
Image source : unsplash

Cisareodesign.com - Indonesia merupakan negara yang besar dengan populasi 275 juta pada tahun 2022 ini, tapi mengapa Indonesia belum punya search engine sendiri dan hanya ketergantungan pada Google dan search engine lainnya, padahal search engine begitu sangat vital di era ini dalam mencari dan menemukan informasi sesuai kebutuhan pengguna internet. Banyaknya populasi penduduk di Indonesia sangat memungkinkan adanya peluang anak bangsa yang memiliki pontensi mengembangkan search engine buatan negara kita sendiri. Inilah alasan Indonesia belum punya search engine sendiri.

5 Alasan Indonesia belum punya Search Engine sendiri

1. Faktor Ekonomi.

Ekonomi jadi alasan mengapa Indonesia belum mempunyai search engine sendiri. Seperti yang kita tahu biaya dalam membeli server dan maintenance server membutuhkan biaya yang sangat mahal, harga server yang sangat mahal karena Indonesia sendiri belum memiliki pabrikan perangkat keras sendiri, tentunya harus membeli server ke negara lain, ditambah server harus menyala 24 jam non stop selama search engine itu berdiri yang tentunya harus ada biaya pemeliharan dan perawatan yang mahal pula.
Belum lagi di era ini para kreator sosial media lebih memilih menjadi partner google yaitu google adsense untuk mendapatkan penghasilannya, meski pada dasarnya banyak sekali alternatif adsense selain dari google tapi saat ini adsense lebih unggul dalam memberikan jumlah penghasilan dibanding layanan iklan ads yang lain. Apabila negara Indonesia sendiri punya search engine sendiri belum tentu ada banyak pengiklan dari luar negeri yang memasang iklan di layanan search engine buatan Indonesia, hal ini akan berdampak pada kurangnya pelanggan search engine, terutama sebagai creator yang mencari penghasilan.

2. Mayoritas penduduk Indonesia kurang cinta produknya sendiri.

Google sebagai mesin pencari nomor satu di dunia seolah memonopoli masalah dunia yang berhubungan dengan internet, membuat google dipercaya kredibilitasnya sebagai mesin pencari oleh penduduk dunia terutama di Indonesia, hingga apabila Indonesia mempunyai search engine sendiri belum tentu masyarakatnya menggunakan search engine buatan lokal, hal ini sering menjadi kebiasaan dibenak masyarakat Indonesia bawasannya produk luar kualitasnya lebih bagus dibanding produk lokal, begitupun jika search engine dibuat oleh Indonesia belum tentu masyarakatnya memilih search engine buatan lokal untuk mencari dan menemukan informasi.

3. Pemerintah belum siap menerima resiko.

Negara maju cendrung tidak ingin negara berkembang untuk maju melebihi levelnya, hal ini dapat kalian lihat dengan banyaknya perlombaan teknologi yang berujung pada embargo akibat pengembangan teknologi, Tiongkok sedang berusaha menyaingi teknologi AS, terutama bidang cyber hingga terjadi perang cyber (cyber war) antara AS dan Tiongkok. Begitupun jika negara - negara berkembang membuat teknologi yang selevel dengan AS tentunya AS akan melakukan upaya untuk mengganggu kelancaran pembuatan search engine, biasanya berupa embargo ekonomi.
Selain itu pemerintah belum siap menerima resiko dari masyarakatnya sendiri. Misalnya saja Tiongkok yang dulunya sebagai negara berkembang menjadi negara yang saat ini akan sebanding dengan Amerika Serikat. Hingga saat ini Tiongkok bangga dengan search enginenya sendiri yaitu Baidu memiliki urutan pengguna terbanyak ke empat di dunia, karena awalnya pemerintah Tiongkok memaksa dan siap tidak siap warganya harus menggunakan Baidu sebagai mesin pencari utama dan google diblokir di negara tersebut, tapi bagaimana dengan Indonesia yang saat ini eranya reformasi yang dimana pemerintah tidak bisa bertindak otoriter hingga tidak akan mungkin memaksa warganya menggunakan search engine buatan lokal ditambah lagi akan ada krisis ekonomi jika google diblokir di Indonesia karena mayoritas krator dari Indonesia sebagai partner google.

4. Kurangnya apresiasi dan perhatian pemerintah kepada masyarakat.

Dari 275 juta jumlah penduduk pastinya ada peluang penduduk sebagai jenius teknologi tertutama dibidang cyber, akan tetapi pemerintah kurang menekankan adanya penelitian yang serius ataupun sayembara teknologi kepada masyarakat, ataupun jika ada orang yang ahli dibidang teknologi IT misalnya membuat search engine pemerintah tidak gercep untuk menumbuhkannya lebih besar karena kurangnya apresiasi pemerintah, hingga terkadang orang yang ahli dibidang IT yang menjadi jiwa pekerja dan bekerja untuk perusahaan asing.

5. Belum ada dukungan perangkat keras buatan lokal.

Coba kalian amati rata - rata negara yang mempunyai search engine sendiri itu minimal adanya pengembangan perangkat keras buatan lokal, meski tidak sebesar AS dan Tiongkok, contohnya aja Rusia mereka kapan saja siap membuat perangkat keras (hardware) dikembangkan dinegara itu sendiri meski pada dasarnya bukan produsen perangkat keras (hardware). Pengembangan perangkat keras sangat berguna jika sewaktu - waktu negara lain memberhentikan penyuplaian untuk kebutuhan maintenance yang berhubungan dengan pemeliharan dan perawatan server jika ada yang harus diganti. Bahkan sekelas negara Vrindapan yang banyak melahirkan orang - orang yang handal dibidang IT sudah mendunia malah bekerja diperusahaan AS misalnya Sundar Phicai malah jadi CEO google saat ini, karena mungkin belum adanya pengembangan perangkat keras lokal ditambah ketimpangan ekonomi masyarakatnya.

Andi Jalaludin
Official Admin Cisareo Design
Komentar